Makhluk Anaerob Penyebab Difteri

Apakah kalian mengetahui penyakit difteri? Difteri itu jenis penyakit menular yang mematikan loh! Banyak terdapat kasus mengenai penyakit difteri ini pada negara berkembang seperti Indonesia. Menurut Dinkes Jatim, jumlah kasus penyakit difteri di Propinsi Jawa Timur tahun 2006 sebesar 39 kasus, dengan rincian jumlah terbanyak Kota Surabaya 8 Kasus, Kab. Sidoarjo 7 kasus, Kab. Sumenep 4 kasus dan Kota Probolinggo 4 kasus. Difteri ini disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria.

Apasih Corynebacterium diphtheria itu?

Bakteri Corynebacterium diphtheriae

Kingdom: Bacteria

Phylum: Actinobacteria

Order: Actinomycetales

Suborder: Croynebacterineae

Family: Corynebacteriaceae

Genus: Corynebacterium

Species: Corynebacterium diphtheriae

Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri non  motil, tidak berkapsul, berbentuk klub, basil, Gram-positif, anaerobik fakultatif, dan berbentuk batang 1 hingga 8 µm dan lebar 0,3 hingga 0,8 µm. Strain toksigenik yang bersifat lisogenik. Untuk salah satu keluarga bakteriofag, corynebacterium yang membawa gen struktural untuk toksin difteri. Corynebacterium diphtheriae diklasifikasikan menjadi biotipe (mitis, intermedius, dan gravis) menurut morfologi koloni, serta menjadi jenis lyso berdasarkan sensitivitas bakteriofag Corynebacterium (John R. Murphy, 1996). Corynebacterium diphtheriae  tidak membentuk spora atau cabang seperti yang dilakukan actinomycetes, tetapi mereka memiliki karakteristik pembentukan yang tidak teratur, pengaturan berbentuk kelompok atau berbentuk V di pertumbuhan normal. Mereka bergerak setelah pembelahan sel, yang membentuk mereka ke dalam bentuk karakteristik menyerupai huruf atau pagar Cina (Kenneth, 2012).

Dimana Corynebacterium diphtheria tinggal?

Genus Corynebacterium terdiri dari berbagai kelompok bakteri termasuk hewan dan tumbuhan patogen, serta saprophytes. Beberapa corynebacteria merupakan bagian dari flora normal manusia, menemukan tempat yang cocok di hampir setiap tubuh, terutama kulit dan nares (rongga hidung). Yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari adalah spesies Corynebacterium diphtheriae, agen penyebab dari penyakit difteri (Kenneth, 2012).

Kapan Corynebacterium diphtheriae bersifat merugikan?

Umumnya difteri adalah endemik pada saluran nasofaring, biasanya tanpa gejala umum. Pada individu yang rentan, strain toksigenik menyebabkan penyakit dengan mengalikan dan mengeluarkan toksin difteri baik melalui lesi nasofaring atau kulit. Lesi difteri sering ditutupi oleh pseudomembran terdiri dari fibrin, bakteri, dan sel-sel inflamasi. Toksin difteri yang proteolitik dapat dibelah menjadi dua fragmen: fragmen A N-terminal (domain katalitik), dan fragmen B (transmembran dan reseptor domain mengikat). Sebuah fragmen mengkatalisis NAD + -tergantung ADP-ribosylation perpanjangan faktor 2, sehingga menghambat sintesis protein dalam sel eukariotik. Fragmen B mengikat reseptor permukaan sel dan memfasilitasi pengiriman fragmen A ke sitosol (John R. Murphy, 1996).

Kenapa Corynebacterium diphtheriae sangat mematikan?

Toksin difteri adalah toksin luar biasa kuat; spesies sensitif (misalnya, manusia, monyet, kelinci, marmut) sesedikit 100 sampai 150 ng / kg berat badan dapat mematikan. Toksin difteri terdiri dari rantai polipeptida tunggal 535 asam amino. Biokimia genetik dan X-ray kristalografi analisis menunjukkan bahwa toksin terdiri dari tiga struktural / fungsional domain: N-terminal ADP-ribosyltransferase (domain katalitik); wilayah yang memfasilitasi pengiriman dari domain katalitik di membran sel (domain transmembran); dan domain mengikat reseptor sel eukariotik. Setelah pencernaan ringan dengan tripsin dan pengurangan dalam kondisi denaturasi, toksin difteri mungkin secara khusus dibelah dalam lingkaran protease-sensitif menjadi dua fragmen polipeptida (A dan B). Fragmen A adalah N-terminal 21 kDa komponen racun dan berisi pusat katalitik untuk ADP-ribosylation perpanjangan faktor 2 (EF-2) sesuai dengan reaksi berikut:

Siapa penemu obat difteri?

Adalah Emil Von Behring (1854-1817) seorang Dokter berkebangsaan Jerman peraih nobel kesehatan dan kedokteran pada tahun 1901 yang menemukan penyakit difteri yang banyak menelan korban jiwa terutama anak-anak. Emil  menemukan serum yang bisa menguatkan tubuh dari penyakit difteri dengan membuat kultur bakteri difteri dengan iodine triklorida. Kultur ini kemudian di suntikan ke babi guinea. Hasilnya, babi guinea tersebut menjadi kebal terhadap difteri. Serum darah dari babi guinea tersebut disuntikan kembali kepada ke babi guinea yang kedua dan hasilnya bagi guinea kedua itu pun kebal terhadap difteri. Atas penemuaannya ini Emil dikenal sebagai pelopor terapi serum.

Bagaimana Corynebacterium diphtheriae  menginfeksi manusia? Bagaimana penngotrolannya?

Tanda-tanda Difteri
Tanda-tanda Difteri

Corynebacterium diphtheriae menginfeksi nasofaring atau kulit. Gejala difteri termasuk faringitis, demam, pembengkakan leher atau daerah sekitarnya lesi kulit. Lesi difteri ditutupi oleh pseudomembran. Toksin didistribusikan ke organ jauh oleh sistem peredaran darah dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan gagal jantung kongestif. Imunisasi difteri toksoid adalah hal yang sangat efektif. Pasien difteri harus segera diobati dengan antitoksin untuk menetralkan toksin difteri yang  beredar (John R. Murphy, 1996). Bakteri difteri akan memproduksi toksin yang akan membunuh sel-sel dalam tenggorokan. Sel-sel yang mati tersebutlah yang akan membentuk membran abu-abu pada tenggorokan. Di samping itu, toksin juga dapat menyebar lewat darah dan menyerang jantung serta sistem saraf. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin DPT adalah salah satu dari lima imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan lima kali pada saat anak berusia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 1,5-2 tahun, dan lima tahun (Alodokter, 2014).

Daftar Pustaka

Seksi P & SE. KLB Difteri Jatim. Jawa Timur: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2008

Alodokter. Difteri. http://www.alodokter.com/difteri# 2014 Diakses pada 7 Juni 2015 pukul 07.13 WIB

John R. Murphy. Medical Microbiology. 4th edition Chapter 32 Corynebacterium Diphtheriae. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7971/#_A1757_ . 1996 Diakses pada 7 Juni 2015 pukul 04.30 WIB

Kenneth Todar, PhD. Corynebacterium diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html# 2012 Diakses pada 7 Juni 2015 pukul 05.16 WIB

57 tanggapan untuk “

  1. Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan bakteri difteri dan menghentikan pengeluaran toksin. Selama sakit, penderita harus tiduran di tempat tidur. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi dengan vaksin DPT (vaksin Difteri, Pertusis, dan Tetanus) sejak bayi berumur 3 bulan. Untuk pemberian kekebalan dasar perlu diberi 3 kali berturut-turut dengan jarak 1 – 1,5 bulan, lalu 2 tahun kemudian diulang kembali.

    penyakit ini bersifat menular. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf

    hal ini sesuai dengan referensi https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/clarissa-resty-p-078114115.pdf

    itu saja tambahan dr saya, paparan yang bagus het, terimakasih 🙂

    Suka

    1. Terima kasih kembali Delsa sudah menambahkan artikel saya, referensi dari Delsa sangat membantu sekali 🙂 dan masalah mengenai pengobatan dengak vaksin juga telah saya bahas pada paragraf terakhir Delsa 😀 hehe but, thank you :*

      Suka

  2. Artikel ini sangat membantu dan bagus , tetapi untuk pengobatan penyakit difteri yaitu Jika penyakit difteri diduga khususnya penderita penyakit difteri, pengobatan tepat harus dilakukan sebelumnya hasil lab mengkonfirmasikan tersedia. Penderita penyakit difteri juga harus ditempatkan dalam isolasi untuk mencegah penularan penyakit difteri lebih lanjut.
    Antitoksin difteri adalah andalan terapi. Ini menetralkan toksin difteri beredar dan mengurangi perkembangan penyakit difteri. Efektivitas antitoksin difteri paling besar jika diberikan pada awal perjalanan penyakit difteri. Ini akan membantu dalam memperoleh antitoksin difteri. Antitoksin tidak dianjurkan untuk pembawa asimtomatik dan biasanya tidak ada nilai di lokal difteri kulit.
    Antibiotik juga harus diberikan sesegera mungkin untuk penderita penyakit difteri dicurigai difteri. Antibiotik membantu membasmi bakteri sehingga menghentikan produksi toksin dan juga membantu untuk mencegah penularan difteri untuk menutup kontak. Eritromisin dan penisilin adalah antibiotik direkomendasikan. Langkah-langkah dukungan seperti memasukkan sebuah tabung pernapasan (intubasi), diperlukan jika penderita penyakit difteri tidak bisa bernapas sendiri atau jika ada potensi obstruksi jalan napas. Potensi komplikasi jantung dan neurologis juga perlu diikuti dan dibahas dalam konsultasi dengan spesialis tepat.
    keterangan lebih lanjut silahkan cek website ini (http://nasehatkesehatan.com/tag/bakteri-corynebacterium-diphtheriae/) semoga bermanfaat

    Suka

    1. Terima kasih Farrisa telah menambahkan, informasinya sangat bagus sekali semakin melengkapi artikel saya 🙂 Intinya pengobatan tepat harus dilakukan sebelumnya hasil lab mengkonfirmasikan tersedia. Penderita penyakit difteri juga harus ditempatkan dalam isolasi untuk mencegah penularan penyakit difteri lebih lanjut. sangat bermanfaat 🙂

      Suka

  3. Haii heti artikelmu bagus dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Sudah bagus yaaa menjelaskan 5w +1H artikelnyaa ;). Saya ingin menambahkan informasi bagaimana inkubasi dan juga cara penularan bakteri tsb .
    Masa inkubasi 2-5hari bahkan lebih lama. Masa penularannya beragam sampai tidak ditemukanya lagi bakteri dari discharge dan lesi yang berlangsung selama 2 minggu lebih bahkan kurang bahkan mencapai 4 minggu. Carries kronis dapat menularkan sampai 6 bulan. Terapi yang paling efektif untuk mengurangi penularan adalah terapi antibiotic. Karena antibiotic biasanya membuat pasien menjadi non-infeksus dalam waktu 24 jam (Chin,2000).
    Referensi : http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/735/gdlhub-gdl-s2-2014-sarisiskad-36707-8.-bab-2-a.pdf

    Suka

  4. Artikel yang paparkan oleh heti sangat menarik sekali, saya hanya ingin menambahkan masa inkubasi pada bakteri Corynebacterium diphtheriae. Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa, sehingga penanganannya disesuaikan dengan usia penderita.
    Difteria mempunyai masa tunas 2 hari. Pasien pada umumnya dating untuk berobat setelah beberapa hari menderita keluhan sistemik. Demam jarang melebihi 38,9ºC dan keluhan serta gejala lain tergantung pada lokalisasi penyakit difteria.
    A. Difteri Saluran Pernapasan
    Pada uraian klasik 1400 kasus difteri dari California focus infeksi primer adalah tonsil atau faring pada 94%, dengan hidung dan laring dua tempat berikutnya yang paling lazim. Sesudah sekitar masa inkubasi 2-4 hari, terjadi tanda-tanda dan gejala-gejala radang lokal. Demam jarang lebih tinggi dari 39ºC.
    1) Difteri Hidung
    Difteria hidung pada awalnya meneyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Infeksi nares anterior (lebih sering pada bayi) menyebabkan rhinitis erosif, purulen, serosanguinis dengan pembentukan membrane. Ulserasi dangkal nares luar dan bibir sebelah dalam adalah khas. Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi. Absorbsi toksin sangat lambat dan gejala sistemik yang timbul tidak nyata sehingga diagnosis lambat dibuat. (4)
    2) Difteri Tonsil Faring
    Pada difteri tonsil dan faring, nyeri tenggorok merupakan gejala awal yang umum, tetapi hanya setengah penderita menderita disfagia, serak, malaise atau nyeri kepala. Dalam 1-2 hari kemudian timbul membrane yang melekat berwarna putih kelabu, injeksi faring ringan disertai dengan pembentukan membrane tonsil unilateral atau bilateral, yang meluas secara berbeda-beda mengenai uvula,
    3) Difteri Laring
    Difteri laring biasanya merupakan perluasan difteri faring. Penderita dengan difteri laring sangat cenderung tercekik karena edema jaringan lunak dan penyumbatan lepasan epitel pernapasan tebal dan bekuan nekrotik. Pada difteria faring primer gejala toksik kurang nyata, oleh karena mukosa laring mempunyai daya serap toksin yang rendah dibandingkan mukosa faring sehingga gejala obstruksi saluran nafas atas lebih mencolok. Gejala klinis difteri laring sukar dibedakan dari tipe infectious croups yang lain, seperti nafas berbunyi, stridor yang progresif, suara parau dan batuk kering. Pada Obstruksi laring yang berat terdapat retraksi suprasternal, interkostal dan supraklavikular. Bila terjadi pelepasan membrane yang menutup jalan nafas biasa terjadi kematian mendadak.
    B. Difteri Kulit
    Difteri kulit berupa tukak dikulit, tepi jelas dan terdapat membrane pada dasarnya, kelainan cenderung menahun. Difteri kulit klasik adalah infeksi nonprogresif lamban yang ditandai dengan ulkus yang tidak menyembuh, superficial, ektimik dengan membrane coklat keabu-abuan. Infeksi difteri kulit tidak selalu dapat dibedakan dari impetigo streptokokus atau stafilokokus, dan mereka biasanya bersama. Pada kebanyakan kasus, dermatosis yang mendasari, luka goresan, luka bakar atau impetigo yang telah terkontaminasi sekunder. Tungkai lebih sering terkena dari pada badan atau kepala. Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas. Hiperestesi lokal atau hipestesia tidak lazim. Kolonisasi saluran pernapasan atau infeksi bergejala dan komplikasi toksik terjadi pada sebagian kecil penderita dengan difteri kulit.

    Semoga bermanfaat ya hetii . Good job

    Suka

  5. artikel heti menambah wawasan saya tentang difteri^^ saya ingin menambahkan, menurut referensi yang saya abaca bahwa ada 4 strain yang yirulen yang berhubungan dengan penyakit pada manusia. Pertama tipe strain gravis, biasanya menyebabkan kematian, kedia tipe strain mitis tidak fatal hanya menyerang saluran napas, ketiga tipe strain intermedius penyebab difteri agak berat, keempat tipe strain minimus, penyakit difteri yang berat di Amerika. Heti bisa baca lebih detail direferensi ini terimasih^^
    ocw.usu.ac.id/course/download/111-TROPICAL-MEDICINE/tmd_176_slide_diphteria_atau_difteri.pdf penanggulangan bakteri Corynebacterium diphtheria pdf

    Suka

    1. Wah terima kasih mam Ayu sudah menambahkan sangat bermanfaat sekali 🙂 sesuai dengan sumber ocw.usu.ac.id/course/download/111-TROPICAL-MEDICINE/tmd_176_slide_diphteria_atau_difteri.pdf

      Suka

  6. Good Job Heti <, Artikel ini menambah wawasan baru untuk kita semua ya pastinya 🙂
    Penyakit difteri pada umumnya menyerang selaput lendir tekak, rongga hidung tali suara, dan lain-lain. Kebanyakan yang terserang penyakit ini adalah anak-anak.
    Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae ya Heti :), Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
    Dari paparan diatas dijelaskan bahwa salah satu pencehagan difteri ini dengan vaksin DPT namun ternyata ada beberapa ramuan tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi difteri salah satunya yaitu :

    Resep 1 :
    2 buah mengkudu yang matang + 10 lembar daun jinten dicuci dan dijus atau dihaluskan dan diperas airnya. Air tersebut digunakan untuk berkumur dalam tenggorokan selama sekitar 3 menit, lalu ditalan. Lakukan 3 kali sehari, setiap kali 3 sendok makan.

    Resep 2 :
    Umbi bidara upas dijus atau diparut dan diperas airnya hingga terkumpul 100 cc, lalu airnya tersebut digunakan untuk berkumur di tenggorokan selama sekitar 3 menit, lalu di telan.

    Sumber : http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hembing&y=cybermed|0|0|8|53

    Ada juga Pengobatan penyakit Difteri secara herbal seperti dengan Buah jeruk nipis yang telah tua 2 buah, diambil airnya lalu diseduh dengan air panas 1 gelas, madu 1 sendok makan. Suam-suam kuku gunakan untuk berkumur-kumur selama 3 menit lantas diminum 3 kali sehari 2 sendok makan.
    http://baitulherbal.com/macam-macam-penyakit-dan-cara-pengobatannya/jenis-penyakit-dan-pengobatannya-penyakit-difteri/
    Semoga bermanfaat ya 🙂

    Suka

  7. penyakit Difteri ini sangat serius sekali loh… karena juga dapat memicu timbulnya penyakit lain yang lebiih berbahaya, seperti:
    1. Kerusakan jantung
    Bakteri penyebab penyakit ini membawa racun di mana mereka dapat menyebar melalui aliran darah dan kemudian merusak jaringan lain dalam tubuh Anda sekaligus menimbulkan komplikasi. Misalnya, otot jantung rusak sehingga menimbulkan radang pada otot jantung (miokarditis). Peradangan ini juga akan merusak organ jantung secara keseluruhan dan dapat menyebabkan penyakit gagal jantung kongestif yang dapat merenggut nyawa Anda.

    2. Kerusakan saraf
    Racun yang dibawa oleh bakteri juga dapat merusak saraf. Target utamanya adalah saraf pada tenggorokan. Jika itu terjadi, Anda akan mengalami kesulitan untuk bernapas dan menelan. Tak hanya di situ saja, saraf pada lengan dan kaki juga dapat meradang. Akibatnya, otot-otot tubuh Anda akan melemah.

    ada baiknya kita harus lebih menjaga pola hidup sehat supaya tidak terjangkit juga..

    seperti itu.. terimakasih Heti.. 😀

    sumber:
    Bella Setyowati. Difteri, Penyakit Tenggorokan yang Mematikan. http://www.ipmg-online.com/berita/printview.php?cat=BMedia&textid=323858725416&yes=yes. 2013

    Suka

  8. artiekla yang bagus heti…setuju sama heti bahwa Corynebacterium diphtheri menghasilkan toxin difteri, nah ada 2 faktor yang harus dipenuhi supaya Corynebacterium diphtheri ini memproduksi toxin tersebut yaitu rendahnya konsentrasi Fe inorganik pada ekstrasluler dan terjadinya siklus lisogenik dengan
    β-faga spesifik yang dapat menghasilkan toksin difteri. Rendahnya konsentrasi Fe diperlukan karena Fe dapat mengaktifkan gen dtxR, molekul repressor yang berfungsi mencegah atau menghambat transkripsi gen toxin tersebut (https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Corynebacterium_diphtheriae) terima kasih heti

    Suka

  9. awesome :”D serem ya kalo diliat dari gambar tanda-tanda penyakit difteri di atas.. bakteri yang tidak kasat mata bisa menimbulkan penyakit yang begitu parah, subhanallah…

    hanya ingin menambahkan saja ya Heti 🙂 cuma sekedar informasi aja tentang penyakit difteri yang ada di Indonesia. Wabah difteri di Jawa barat hampir selalu ada, dilaporkan pada tahun 2006, 2007, 2008 masing 54, 50, 28 kasus,
    dan tahun 2010 dilaporkan 28 kasus dengan angka kematian yang cukup tinggi. Telah dilakukan penelitian pada saat wabah di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Cianjur Jawa Barat yang terjadi pada Desember 2000 hingga awal Maret 2001 di Kecamatan Cikalong Wetan, dengan CFR 28%. Pada umumnya di daerah dengan tingkat kekebalan C. difteriae yang tinggi, kasus difteri yang berasal dari daerah lain tidak akan menyebar lebih lanjut. Dengan kata lain tingkat kekebalan masyarakat yang rendah terhadap toxigenic C. difteriae akan dapat
    menyebabkan wabah terhadap toxigenic C. difteriae. Enam ratus sembilan puluh
    delapan subyek berumur kurang dari 15 tahun, dibagi secara proposional sesuai masing-masing kelompok usia. Pembagian kelompok, anak balita (usia 1-5 th) yang tinggal atau dekat dengan kasus atau diduga menderita difteri, murid taman kanak-kanak ( usia 5-6 tahun), siswa sekolah dasar (6-12 tahun), dan siswa sekolah menengah pertama (SMP) (12-15 tahun) dari desa tempat wabah difteri dilaporkan. (sumber : http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-6-6.pdf)

    Penelitian status immunitas terhadap penyakit difteri dengan Schick Test pada anak-anak seusia taman kanak-kanak akan diberikan immunisasi. Schick test adalah satu cara sederhana untuk mengetahui apakah seseorang anak telah mempunyai kekebalan penyakit difteri atau tidak. baca selengkapnya di http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2036/1/anak-bidasari3.pdf

    teşekkür ederim Heti :”)

    Suka

  10. artikel yang menarik heti dan menambah wawasan saya ternyata penyakit dipteri ini juga bisa mematikan ya, mengerikan sekali..
    sedikit menambahkan mengenai gejala dari penyakit difteri pernapasan biasanya mulai dalam 2 – 5 hari setelahnya terpapar bakteri corynebacterium diphtheriae (masa inkubasi). Gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit difteri pernapasan di bawah ini:
    Batuk
    Berbau busuk nasal discharge
    Demam
    Kesulitan bernapas
    Kesulitan menelan
    Rasa tidak enak
    Sakit Kepala
    Sakit Tenggorokan
    Suara serak

    sumber http://nasehatkesehatan.com/tag/bakteri-corynebacterium-diphtheriae/
    terimakasih heti 😀

    Suka

  11. artikel yang menarik dan informatif dari heti, karena penyakit difteri ini tidak jarang mempu menjangkiti tubuh khususnya bagi anak-anak. paparan yang heti sampaikan juga sangat lengkap dan mudah dimengerti. berbicara mengenai difteri, kita tahu bahwa anak batita umumnya harus diimunisasi, yang gunanya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit di kemudian hari. salah satunya juga pada penyakit difteri ini, terdapat imunisasi DPT (Difteri Pertusis Tetanus) seperti yang sudah disampaikan pada beberapa komen diatas juga. saya hanya ingin sedikit memperjelas mengenai imunisasi ini karena hal ini merupakan bagian dari pencegahan bakteri Corynebacterium diphtheria menyerang tubuh anak. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
    Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami. Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan.DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:
    Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
    Kejang
    Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
    1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
    sumber: http://www.bumn.go.id/biofarma/berita/3148/Imunisasi.DPT.Difteri.Pertusis.Tetanus
    terima kasih informasinya heti, good job! 😀

    Suka

  12. hai heti, artikel yang menarik dan sangat informatif yah …
    jadi saya ingin menambahkan, ternyata Orang yang rentan dapat memperoleh toksigenik difteri basil di nasofaring. Organisme ini menghasilkan racun yang menghambat sintesis protein seluler dan bertanggung jawab untuk kerusakan jaringan lokal dan pembentukan pseudomembran. Toksin yang diproduksi di lokasi membran yang diserap ke dalam aliran darah dan kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh. Toksin bertanggung jawab atas komplikasi utama dari miokarditis dan neuritis dan juga dapat menyebabkan jumlah trombosit rendah (trombositopenia) dan protein dalam urin (proteinuria).
    dan untuk Masa inkubasi difteri adalah 2-5 hari (rentang,
    1-10 hari).
    substrate yang menjadi Penyakit dapat melibatkan hampir semua selaput lendir
    sekian heti, semoga berkenan
    ( sumber : http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/dip.html )

    Suka

  13. artikel yang bagus sekali heti 🙂
    saya baru tahu ternyata difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dipheriiae.
    Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas. Berdasarkan program dari Departemen Kesehatan RI imunisasi perlu diulang pada saat usia sekolah dasar yaitu bersamaan dengan tetanus yaitu DT sebanyak 1 kali. Sayangnya kekebalan hanya diiperoleh selama 10 tahun setelah imunisasi, sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.

    Selain itu penyakit difteri dapat dicegah dengan cara selalu menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungan. Karena penyakit menular seperti difteri ini paling mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Tidak hanya itu, penting pula menjaga pola makan yang sehat.
    bisa dibaca selengkapnya dfi link berikut
    http://www.azzamrumahherbal.com/kesehatan/114-mencegah-penyakit-difteri.html

    http://nasehatkesehatan.com/tag/bakteri-corynebacterium-diphtheriae/

    terimkasih semoga bermanfaat ^^

    Suka

  14. Waah, sangat informatif dan menarik sekali Heti artikelnya. Jika dilihat dari gambar tanda-tanda penyakit difetri, sangat mengerikan sekali. Makhluk kecil dapat menimbulkan penyakit yang sangat luar biasa mengerikannya. Saya jadi lebih wasapada dan perduli pada keberadaan mikroorganisme yang kasat mata seperti bakteri ini.
    Sedikit menambahkan ya Heti bahwa Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan tanda khas ditandai oleh terbentuknya eksudat yang berbentuk membrane pada tempat infeksi. Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Masa tunas 2-7 hari (FKUI: 2007).
    Gejala klinis penyakit difteri ini, yaitu panas lebih dari 38 derajat Celcius, ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil, sakit waktu menelan dan leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher.
    Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan Antibiotik pada penderita yang akan membantu tubuh untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri. Selanjtnya dapat dilihat selengkapnya pada http://www.alodokter.com/difteri.
    Semoga tamabahan informasi ini dapat menambah kelengkapan artikel yang dibuat.
    Terima kasih dan semoga bermanfaat^^

    Suka

    1. Terima kasih Evin telah menambahkan 🙂 memang bebar difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan tanda khas ditandai oleh terbentuknya eksudat yang berbentuk membrane pada tempat infeksi. Penularan umumnya melalui udara, berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Masa tunas 2-7 hari (FKUI: 2007). dan sumber http://www.alodokter.com/difteri juga sesuai dengan sumber artikel sayaaa 😀 kebetulan yaahh 😀 sangat bermanfaat 🙂

      Suka

      1. Sama-sama Heti 🙂
        Saya setuju dengan tanggapan Heti mengenai Bakteri ini. Informasi yang dipaparkan di artikel sangat jelas, sehingga para pembaca khususnya saya dapat mengerti dan mengetahui mengenai bakteri ini.

        Suka

  15. Trimakasih heti artikelnya sangat bermanfaat dan bagus 🙂
    saya ijin menambahkan Pencegahan terhadap difteri dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi, yang dapat dimulai pada saat bayi berusia 2
    bulan dengan pemberian DPT ataupun DT. Diberikan 0,5 ml secara I.M., imunisasi
    dasar diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan interval waktu pemberian 6 -8
    minggu. Ulangan dilakukan satu tahun sesudahnya dan ulangan kedua dilakukan 3 tahun setelah ulangan yang pertama.
    http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAEahUKEwjp55LQlITGAhXDYaYKHdgfACY&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F111-TROPICAL-MEDICINE%2Ftmd_176_slide_diphteria_atau_difteri.pdf&ei=2qt3VemSFsPDmQXYv4CwAg&usg=AFQjCNGVR3uk79hqLt8xVnCazN-JMaQVpw&sig2=ZtcbOAdxlXVHYFFqHjQMHA

    Suka

    1. Terima kasih Syufa telah menambahkan 🙂 sangat membatu sekali memang bebar pencegahan terhadap difteri dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi, yang dapat dimulai pada saat bayi berusia 2 bulan dengan pemberian DPT ataupun DT. Diberikan 0,5 ml secara I.M., imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan interval waktu pemberian 6 -8 minggu. Ulangan dilakukan satu tahun sesudahnya dan ulangan kedua dilakukan 3 tahun setelah ulangan yang pertama. sesuai dengan sumber diatas, sangat bermanfaat 🙂

      Suka

  16. halo Heti 😀 tambahan untuk artikel ini berdasarkan sumber http://health.kompas.com/read/2011/10/10/17055527/Mengenal.Difteri.Lebih.Dekat

    ika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

    * Gangguan pernapasan

    C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.

    * Kerusakan jantung

    Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis).

    * Kerusakan saraf

    Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.

    Terima kasih 😀

    Suka

    1. Terima kasih Audina telah menambahkan sangat bermanfaat sekali 🙂 sesuai dengan sumber tersebut memang benar difteri akan merusak sistem saraf, jantung dan pernapasan karena difteri umumnya merusak pada bagian tenggorokan. sangat bermanfaat terima kasih 🙂

      Suka

  17. bakteri ini memang sangat menarik untuk dibahas, karena bakteri ini sering disebut-sebut namun masih kurang dalam penjelasannya. karena adanya artikel heti yang membhas bakteri Corynebacterium diphtheria linda dapet ilmu baru lagi deh, terima kasih heti untuk artikel yang menarik dan informatifnya. good job yaa
    eh ijin menambahkan ya hetii linda baca dari salah satu sumber akan sejarah dari penyakit difteri ini Penyakit difteri merupakan penyebab kematian utama di kalangan anak-anak dan disebut sebagai “Mencekik malaikat anak-anak”. Selama berabad-abad, beberapa epidemi melanda Eropa, koloni Amerika terpengaruh oleh wabah di abad ke-18. Di tahun 1990, wabah penyakit difteri besar terjadi di Rusia dan di bekas negara merdeka dari Uni Soviet.
    Bakteri corynebacterium diphtheriae pertama kali diidentifikasi di tahun 1880. Penyakit difteri pernapasan kini telah menjadi penyakit difteri sangat jarang terjadi di Amerika Serikat.
    Pencegahan penyakit difteri terbaik dicapai melalui imunisasi universal dengan vaksin difteri toksoid mengandung. Imunisasi untuk anak-anak dan bayi terdiri dari 5 vaksinasi DTaP umumnya diberikan khususnya bayi berusia 2, 4 dan 6 bulan, dengan dosis ke 4 diberikan khususnya bayi berusia 15 -18 bulan dan dosis ke 5 khususnya anak berusia 4-6 tahun. Usia 11-12 tahun, anak harus menerima vaksinasi Tdap tunggal (tetanus, difteri dan pertusis) ( http://nasehatkesehatan.com/tag/bakteri-corynebacterium-diphtheriae/) . Semoga bermanfaat ya heti

    Suka

  18. Artikrl yang mearik Heti, jujur Dian baru tahu akan bakteri Corynebacterium diphtheri, mohon izin menambahkan sedikit informasi dan cara penyebarannya Corynebacterium diphtheriae merupakan makhluk anaerobi kfakultatif dan gram positif, ditandai dengan tidak berkapsul, tidakberspora, dan tak bergerak.Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui dropletatau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderitaatau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri.
    Adapun info lebih lengkap dapat diaskes pada:
    (http://www.slideshare.net/nurismi/bakteri-patogen-penyebab-penyakit-pada-manusia)

    Terima kasih Heti, informasi yang sangat bermanfaat 🙂

    Suka

  19. Artikel yang sangat bagus Heti, menambahkan wawasan kita semua akan beberapa penyakit mematikan yang disebabkan oleh infeksi suatu bakteri jahat. Heti menyampaikan bahwa pentingnya imunisasi DPT untuk mencegah terjadinya infeksi khususnya infeksi oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
    saya sangat setuju dengan hal tersebut.
    Disini saya akan menambahkan link yang didalamnya membahasa alasan pentingnya imunisasi DPT untuk pada usia dini.
    Silahkan kunjungi link dibawah ini
    http://www.newsfarras.com/2014/10/Manfaat-Tujuan-Imunisasi-Lengkap.html
    Terimakasih Heti, semoga bermanfaat untuk kita semua 🙂

    Suka

  20. terimakasih heti, saya setuju banget ngan artikelnya , patogensis bateri Corynebacterium diphtheria dimulai dengan kolonisasi di saluran pernafasan atas kemuian ihasilkan eksotoksin yang akan menginaktifkan EF-2 sehingga sintesis protein terhenti dan berakibat kematian sel , see more at

    Klik untuk mengakses 0110098_Abstract_TOC.pdf

    thanks heti 🙂

    Suka

  21. terimakasih atas informasi yang telah disajikan heti lucu ini yaaa. sangat bermanfaat dan jelas sekali. moda baru tau jenis penyakit ini. norak banget yaaa. izin menambahkan ya heti. berhubung isi dari artikel yang heti tulis ini sangat bagus. maka moda mau nambahin cara pencegahan bakteri ini dengan vaksin. untuk lebih jelasnya heti bisa cek disini yaaa terimakasih dan selamat soreeeee yeaaayysssss :*:*:*:*:*:* http://infoimunisasi.com/category/penyakit/difteri/

    Suka

  22. artikel yang sangat informati heti :). ternyata bakteri penyebab difteri ini sangat jahat dan berbahaya semoga kita bisa menjaga diri kita agar terhindar dari penyaki ini. diketahui bahwa penyakit ini lebih sering menjangkit anak-anak usia dibawah 15 tahun, maka dari itu imunisasi wajib diberika . selain itu sanitasi lingkungan khususnya dirumah harus lebih ditingkatkan, karena lingkungan sangat berpengaruh pada perkembangan bakteri ini. pengetahuan ib terhadap penyakit ini jika ada gejala yang timbul pada anak sudah harus dketahui. untuk lebih lengkapnya bisa diintip disini yah heti http://www.scribd.com/doc/121225903/PENGARUH-KONDISI-SANITASI-RUMAH-STATUS-IMUNISASI-DAN-PENGETAHUAN-IBU-TERHADAP-KEJADIAN-DIFTERI-PADA-BAYI-DI-KOTA-SURABAYA#scribd. terimakasi 🙂

    Suka

  23. Artikel yang dibuat oleh Heti sangat informatif sekali, saya baru tahu ada penyakit difteri yang ternyata disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. setelah membaca artikel yang dibuat oleh Heti ini saya jadi lebih mengetahui bahaya dari penyakit difteri. saya hanya ingin menambahkan sedikit mengenai penularan penyakit difteri ini. Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
    * Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
    * Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
    * Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.
    Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu – bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sumber ini: http://health.kompas.com/read/2011/10/10/17055527/Mengenal.Difteri.Lebih.Dekat

    Terima kasih Heti 🙂

    Suka

  24. artikel yang sangat informatif, menarik dan bermanfaat, pemaparan heti mengenai bakteri Corynebacterium diphtheria sudah cukup jelas, pipit disini hanya ingin menambahkan sedikit, setelah saya membaca artikel mengenai bakteri ini dalam salah satu sumber lain dalam internet diketahui bahwa, Pada tes kultur resistensi, dibuktikan bahwa ekstrak propolis secara signifikan mampu mencegah pertumbuhan bakteri Corynebacterium diptheriae.
    http://greenmedicineinstitute.co.id/green-propolis-nano
    semoga bermanfaat, terimakasih 🙂

    Suka

  25. wowo saya baru dengar dengan penyakit difteri ini :D,, memberikan saya pengetahuan baru:
    sedikit tambahan aja ya cantik :d…
    lebih baik mencegah daripada mengobati :D, nah pencegahan dari bakteri ini bisa diberikan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) hal ini diberikan kepada orang yang tidak terjangkit penyakit ini,
    dan untuk orang yang sudah terjangkit penykit ini bisa diberikan eritromisin dan penisilin yang membantu menghilangkan bakteri ini dan menghentikan pengeluaran toksin

    Klik untuk mengakses clarissa-resty-p-078114115.pdf

    Suka

    1. Iyaa kaka cantik memang benar yang kaka sampaikan, mencegah lebih baik dari pada mengobati, pencegahan yang kakak sampaikan sepertinya setelah seseorang terjangkit difteri yah? hehe terima kasih kak atas tambahannya 🙂

      Suka

    1. Iyaa neng Zakiyah difteri memang mengerikan >.< benar ungkapan Zakiyah pada sumber tersebut neng, bakteri difteri akan memproduksi toksin yang akan membunuh sel-sel dalam tenggorokan. Sel-sel yang mati tersebutlah yang akan membentuk membran abu-abu pada tenggorokan. Di samping itu, toksin juga dapat menyebar lewat darah dan menyerang jantung serta sistem saraf. nah hal ini yang dapat membuat penderita meninggal dunia.. Semoga kita diberikan kesehatan oleh Allah yaa neng 🙂 makasih neng zakiyaaah juga yaa keep hamsah ({}):*

      Suka

  26. Sejujurnya takut, apalagi pas lihat gambar nya, ga berani 😦 serem 😦 Saya setujuuu, bahwa difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebac­terium diphtheria, difteri ter­masuk penyakit yang menge­rikan. Dimana masa lalu telah banyak menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah didaerah-daerah lain di dunia pada negara yang belum ber­kembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal, anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini. Sumber : http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/39015-rsud-pariaman-antisipasi-penyebaran-difteri-
    Saya berdoa semoga tidak ada lagi korban selanjutnya karena penyakit ini cukup menakutkan 😦 Terima kasih heti, artikel yang yang sangat mendebarkan 🙂

    Suka

    1. Terima kasih Anna telah menambahkan 🙂 Memang benar bakteri ini dapat menimbulkan penyakit yang mengerikan, dalam pembukaan artikel ini pun sudah dijelaskan sedikit mengenai penyerangan bakteri patogen tersebut 🙂 sesuai sumber yang Anna sebutkan http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/sumbar/39015-rsud-pariaman-antisipasi-penyebaran-difteri- Aamiin semoga tidak ada lagi korban yaa Anna, kita saling menjaga kebersihan dan kesehatan saja, dan selalu berdo’a agar diberikan kesehatan Allohumma aamiin 🙂 sangat membantu sekali penambahannya 🙂

      Suka

  27. Artikel sangat menarik Heti.._^,,serem juga lihatnya,,saya hanya ingin menambahkan sedikit tentang bakteri Corynebacterium dipntheriae,,bahwa penyakit ifteri juga mudah menular melalui udara dengan masa inkubasi antara 1 – 10 (tersering 2-5) hari.

    Sumber : www. oaji.net/articles/2014/208-1402886341.pdf.

    Terima kasih..:-)

    Suka

Tinggalkan komentar